Thursday, November 23, 2006

Tuhan

Dengan nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang

Katakanlah, “Dia adalah Allah yang Esa”
Allah, yang Abadi, Mutlak
Tidak beranak. Dan tidak diperanakkan.
Serta tiada yang menyamaiNya.” (112:1-4)

Kalimat di atas merupakan definisi dari Tuhan, yang dikenal dengan Allah, di dalam Quran. Allah adalah satu-satunya yang mutlak keberadaannya, sedangkan yang lain bersifat sementara atau menurut keadaan. Dia tidak bergantung pada yang lain, tetapi segala sesuatu bergantung kepadaNya.

Membayangkan Tuhan dalam wujud manusia, seperti yang diyakini oleh pemeluk agama-agama tertentu, adalah tidak logis. Tuhan tidak akan pernah mati sementara manusia pasti mati. Apabila Tuhan mewujudkan diri sebagai manusia, maka dia bukanlah tuhan lagi karena sebagai manusia dia tidak lagi memiliki daya untuk menjadi Tuhan kembali. Semua yang ada di bayangan kita sebagai tuhan, maka itu bukanlah Tuhan. Karena, berdasarkan definisi ayat di atas, tiada yang lain yang menyerupaiNya. Jadi, wujud Tuhan tidak akan pernah dapat dibayangkan (6:103), tetapi kita dapat merasakan dan meyakininya dengan memahami dan mempelajari segala ciptaanNya, sebagai tanda-tanda keberadaan dan kekuasaanNya, di alam semesta dan dalam diri kita sendiri.

Tuhan tidak memiliki awal ataupun akhir (57:3), Tuhan tidak membutuhkan makan (6:14), Tuhan tidak memerlukan istirahat ataupun tidur (2:255), Tuhan tidak pernah berlaku tidak adil (4:40), Tuhan tidak pernah berbuat salah ataupun lupa (20:52), Tuhan berkuasa atas segala sesuatu (2:106, 109, 284), Tuhan memiliki nama-nama yang indah (17:110).

Ajaran polytheist yang menyatakan bahwa tuhan itu lebih dari satu sangatlah tidak logis. Tuhan yang satu akan berselisih dengan yang lain, karena masing-masing memiliki kehendaknya sendiri. Menyatakan bahwa tuhan yang satu memiliki tanggung-jawab yang berbeda dengan tuhan (atau tuhan-tuhan) yang lain, sama dengan menganggap tuhan tidak memiliki kompetensi sepenuhnya. Yang jelas, jika Tuhan lebih dari satu, maka tidak mungkin tercipta harmoni yang seimbang di alam semesta ini.

Sekiranya pada mereka (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya mereka akan telah hancur. Maha Suci Allah, Pemelihara yang mutlak kewenangannya dari apa yang mereka menganggapnya. (21:22)

Allah tiada pernah memiliki anak. Dan tiada pernah ada tuhan lain di sisiNya. Jika sekiranya demikian, tiap-tiap tuhan akan telah mendeklarasikan kemerdekaan dengan ciptaan-ciptaannya, dan mereka akan telah saling bersaing dengan lainnya untuk mendominasi. Maha Suci Allah dari apa yang mereka menganggapnya. (23:91)

Karenanya keberadaan dari satu Tuhan, yang Maha Kuasa, merupakan satu-satunya konsep yang logis tentang Tuhan.

Kebesaran Tuhan

Di museum Louvre, orang-orang mengerubungi, mengagumi, dan berebut mengabadikan lukisan Monalisa yang tersimpan di balik kaca anti peluru. Namun tak banyak orang yang memikirkan betapa jauh lebih menakjubkannya penciptaan seorang “Monalisa”. Dari setetes cairan menjadi sesosok individu manusia dalam sebaik-baik bentuk (74:38, 76:2, 95:5). Dan, ternyata, penciptaan manusia yang begitu luar biasa itupun masih “belum apa-apa” dibandingkan penciptaan alam semesta (79:27). Namun demikian, bagi Tuhan, untuk menciptakan alam semesta tersebut cukuplah dengan perkataan “Jadilah” maka jadilah ia. Bagi yang menganggap bahwa alam tercipta dengan sendirinya atau penciptaan manusia terjadi “secara kebetulan” mungkin berpikiran bahwa lukisan Monalisa terbentuk dengan cara memercikkan secelup cat ke permukaan kanvas, atau menumpahkan kumpulan huruf ke lantai dan jatuh menjadi sebuah buku ensiklopedia. Masihkah kita meragukan kekuasaan Tuhan atas manusia ? Mungkin uraian berikut bisa menjadi renungan kita bahwa betapa kekuasaan Tuhan itu tiada terbayangkan oleh manusia. Tiap kali kita mengucapkan Allah Maha Besar, paling tidak dalam shalat. Namun kita tidak mampu membayangkan seperti apakah kemaha-besaran-Nya. Karena Tuhan sama sekali berbeda dengan makhluk dan tak dapat dipersonifikasikan. Dari keagungan ciptaan-Nyalah maka kita akan dapat merenungi, memikirkan dan mengagumi-Nya dengan sepenuh hati. Tanpa keraguan kita akan menyadari bahwa tak ada otoritas lain yang layak disejajarkan dengan-Nya dan firman-Nya.

Kita belajar dari ayat 39:67 bahwa kebesaran Tuhan adalah jauh melampaui pemahaman manusia – ayat tersebut menyatakan bahwa seluruh tujuh langit atau alam semesta “terlipat dalam tangan Tuhan.”

Dan mereka tidak memuliakan Tuhan sebagaimana Dia harus dimuliakan sedangkan keseluruhan bumi dalam genggamanNya pada hari kiamat. Dan seluruh alam semesta dilipat dengan tangan kananNya. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.

Kita mempelajari bahwa alam semesta kita merupakan yang terkecil dan terdalam dari tujuh alam semesta (41:12, 55:33, 67:5, & 72:8-12). Sementara itu, kemajuan-kemajuan ilmiah telah menunjukkan bahwa galaksi kita, Bimasakti (Milky Way), terentang dalam 100.000 tahun cahaya, dan bahwa alam semesta kita terdiri dari milyaran galaksi semacam itu dan trilyunan bintang-bintang dan lebih banyak lagi benda-benda langit. Alam semesta kita diperkirakan merentang jarak lebih dari 20.000.000.000 tahun cahaya. Kita dapat menyaksikannya, antara lain dalam Discovery Channel “the infinite quest”, dari bukunya Stephen Hawking ataupun berbagai ensiklopedia.

Taruhlah kita mengambil satu quintillion (1.000.000.000.000.000.000) bintang-bintang dan menghitungnya (dari nol hingga quintillion) satu hitungan per detik, siang dan malam, ini akan memakan waktu 32 milyar tahun (lebih dari umur alam semesta). Itu menunjukkan betapa lamanya untuk hanya “menghitungnya”; namun Tuhan “menciptakannya”. Begitulah kebesaran Tuhan.

Alam semesta yang tak berhingga itu terjadi dari suatu dentuman besar. Inilah teori yang paling meyakinkan dan meninggalkan “Steady state theory” jauh di belakang. Hanya saja para ilmuwan tidak tahu apa yang menyebabkan big bang tersebut. Sesungguhnyalah big bang itu tidak mungkin tanpa Tuhan (21:30). Teori umum relativitas Einstein telah membawa para ilmuwan pada kesimpulan bahwa pada tahap paling awal, alam semesta merupakan padatan yang tak berhingga dengan diameter nol, dari tidak ada! Tuhan telah menciptakannya dari tidak ada seperti yang dikatakan Quran (51:47, 41:12, 55:7, 21:22). “..apabila Dia berkehendak, Dia berkata ‘jadilah’ dan jadilah ia…”.

Kita dapat menghargai keluasan alam semesta kita yang luar biasa bilamana kita membayangkan berkelana dalam suatu perjalanan ruang angkasa. Ketika kita meninggalkan planet Bumi menuju matahari, pada kecepatan cahaya, kita mencapai matahari setelah 93.000.000 mil dan delapan menit. Akan memakan waktu lebih dari 50.000 tahun pada kecepatan cahaya untuk keluar dari galaksi kita. Dari batas luar Milky Way, planet kita Bumi tidaklah kelihatan. Tidak juga teleskop yang paling kuat dapat mendeteksi “Bumi” kita yang mungil.

Kita harus menghabiskan lebih dari 2.000.000 tahun pada kecepatan cahaya untuk mencapai galaksi lain yang terdekat. Paling tidak 10.000.000.000 tahun pada kecepatan cahaya harus dihabiskan untuk mencapai batas luar dari alam semesta kita. Dari batas luar alam semesta kita, bahkan Milky Way laksana sebutir debu dalam sebuah ruang yang besar. Yang lebih membuat kita tertegun adalah bahwa ternyata alam semesta kita merupakan yang terkecil dan terdalam dari tujuh alam semesta.

Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang. Maka tetaplah menatapnya! Apakah engkau melihat cacat? (67:3)

Alam semesta kedua mengelilingi alam semesta kita. Alam semesta ketiga lebih besar dari yang kedua, dan seterusnya. Dan secara keseluruhan terdapat tujuh alam semesta raya ciptaan Tuhan. Dapatkah kita bayangkan betapa luasnya alam semesta yang paling luar? Tidak ada angka yang bisa menggambarkannya. Keluasan yang di luar jangkauan pemahaman ini “berada dalam genggaman tangan Tuhan.” Dari batas luar dari alam semesta yang paling luar, dimanakah planet Bumi? Bagaimanakah signifikansinya? Dalam kekerdilan partikel debu bernama Bumi, makhluk-makhluk kecil sebagaimana Maryam, Isa (Yesus), dan Muhammad hidup. Namun, orang-orang menganggap manusia-manusia yang tidak memiliki daya sebagai tuhan-tuhan! Mengapa kita begitu berani mensejajarkan nama Allah dengan nama lain (walaupun itu nama seorang Nabi yang mulia dan kita hormati) di masjid-masjid, mushalla dan dalam peribadahan kita? Mengapa kita masih mengharapkan pertolongan orang lain (makhluk-Nya) sebagai juru selamat kita kelak? Tidak cukupkah Allah sebagai pemberi petunjuk dan penolong? (25:30-31) Banyak orang yang begitu senang mengandalkan seseorang untuk memberikan keselamatan dan pertolongan atas mereka, namun mereka yang berserah diri kepada Tuhan akan mengikuti teladan nabi Muhammad dan mengikuti Quran, dan menaruh kepercayaan penuh kepada Tuhan semata tanpa mencari sekutu atau perantara dengan-Nya.

Kebesaran Tuhan diwakilkan tidak hanya dengan fakta bahwa Ia memegang tujuh alam semesta dalam tangan-Nya, tetapi juga oleh fakta bahwa Ia mengendalikan sepenuhnya setiap atom, bahkan komponen-komponen sub-atomik, dimanapun di alam semesta yang lebih besar (6:59, 10:61, & 34:3).

Tiada urusan apapun dimana engkau ada di dalamnya, tidak pula ketika kamu membaca Quran dan tidak pula sesuatu yang kamu kerjakan, melainkan Kami menjadi saksi atasnya, bahkan ketika kamu mulai merencanakannya. Tidak satu atompun tersembunyi dari Tuhanmu, apakah itu di bumi ataupun di langit; tiada yang lebeh kecil atau lebih besar dari itu melainkan tercatat dalam kitab yang nyata. (10:61)

Kemaha-besaranNya melebihi dari apa yang kita dapat memikirkannya:

Dialah Allah, tiada Tuhan selain Dia, Maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.Dialah Allah, tiada Tuhan selain Dia. Maha Raja, Maha Kudus, Pemberi kedamaian, Maha Setia, Yang Teratas, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Pemilik segala keagungan, Maha Suci dari apa yang mereka menyekutukan.
Dialah Allah, Maha Pencipta, Yang Memulai, Yang Merancang. PadaNya nama-nama yang terindah. KepadaNya segala yang ada di langit dan di bumi mengagungkanNya, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (59:22-24)

Dengan kekuasaan Tuhan yang Maha Besar dan pernyataan-Nya bahwa Hukum Allah (Sunnah Allah) tidaklah berubah, masih beranikah kita menempatkan yang lain di sisiNya? Masih beranikah kita mengubah dan merekayasa hukum-hukum-Nya yang terdapat dalam Kitab Suci? Dia menyatakan bahwa Quran itu lengkap, sempurna, terperinci (6:19, 38, 114), akankah kita mengatakan yang sebaliknya?.

Kitab Perjanjian Terakhir, Quran, merupakan Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya dan diturunkan oleh Yang Maha Kuasa sebagai petunjuk bagi yang bertakwa (2:2). Akankah kita menganggap Yang Maha Kuasa memerukan seseorang lain atau Kitab lain untuk menjelaskan KitabNya?.

Katakanlah, “Sekiranya air laut sebagai tinta untuk menuliskan kata-kata Tuhanku, niscaya laut itu kering sebelum habis ditulis kata-kata Tuhanku, walaupun kami meambahkan sebanyak itu pula.” (18:110)

Allah Maha Besar. Hanya kepada-Nya sematalah kita layak mengabdi dan berserah diri.

Tuhan itu dekat

Manusia memiliki konsepnya sendiri tentang Tuhan. Ada yang mencari Tuhan di tempat-tempat yang jauh dan terpencil atau di tempat-tempat ibadah tertentu: masjid, gereja, sinagog, kelenteng, dsb. Seringkali pula kita berdoa dan mengharapkan rahmatNya dengan secara naluri menengadahkan tangan dan muka kita ke langit. Barangkali pula ada manusia yang tidak terpuaskan untuk mengabdi kepada Tuhan yang gaib, mereka menciptakan tuhan berdasarkan imajinasinya, yang berbeda antara satu dengan yang lain, untuk disembah. Mereka tidak puas hanya dengan menaati hukum-hukumNya.

Keyakinan atas keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan konsep dasar yang melandasi keimanan kita. Melalui tanda-tanda kebesaranNya di alam semesta dan pada diri manusia dan terutama melalui KitabNya, kita telah dituntun untuk meyakininya dalam hati dan pikiran. Konsep ketuhanan dalam Quran telah menunjukkan bahwa sesungguhnya Tuhan yang banyak dicari manusia itu ada bersama kita, ke manapun kita pergi.

…dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat segala yang kamu kerjakan. (57:4)

Dia di luar kemampuan kita untuk membayangkannya, tetapi Dia adalah Dzat yang meliputi seluruh penglihatan dan mengetahui seluruh yang terjadi di alam semesta, termasuk yang ada di dalam hati atau pikiran kita. Dia mencintai mereka yang berbuat baik dan membenci orang-orang yang zalim. Dia lebih suka ditaati dan diikuti lebih dari disembah. Tak ada satu katapun dalam Quran yang dapat diartikan sebagai menyembah. Ahbadullah, Attiullah, Ittibahullah memiliki arti sebagai ketaatan kepada Tuhan daripada menyembahNya. Berdoa adalah untuk memohon kepadaNya dan shalat dilakukan untuk mengingatNya secara konstan serta untuk menghindarkan kita dari perbuatan keji dan mungkar (dengan senantiasa mengingatNya dan menyadari bahwa Dia itu dekat dan melihat apa-apa yang kita lakukan, baik secara terang-terangan ataupun diam-diam). Tempat bersujud (masjid) bisa ditemukan dimanapun untuk mengekspresikan ketundukan kita kepadaNya.

Tuhan menunjukkan keberadaanNya melalui hukum-hukumNya yang dapat diresapi dan harus ditaati. Hukum-hukum alam atau hukum-hukum yang diwahyukan melalui rasulNya, keduanya harus kita ikuti. Hanya dengan demikianlah kita mewujudakan kecintaan dan rasa takut kita kepada Sang Pencipta yang sesungguhnya tidak jauh dari kita semua. Seberapa dekatkah Dia dari kita?

Dan Kami telah menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dia bisikkan kepada dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat nadi lehernya. (50:16)

Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku merespon seruan (doa) orang yang berseru, manakala dia berseru kepadaku. Karena itu hendaklah mereka merespon (seruan)Ku, beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh petunjuk. (2:186)

Jelas bahwa kita harus menaati hukum-hukumNya yang diperintahkan baik itu hukum-hukum alam maupun yang ada dalam KitabNya. Kita mengetahui bahwa Muhammad adalah nabi terakhir dan tidak akan ada nabi lagi setelahnya. Kita mengetahui pula bahwa Tuhan tidak pernah berbicara secara langsung kepada manusia, keculai kepada nabi-nabi. Karenanya, satu-satunya jalan untuk mendengar seruan Tuhan (agar dapat meresponNya) adalah melalui Quran, Kitab Suci terakhir yang diturunkan bagi seluruh umat manusia. Dan jawaban kita adalah dengan menaati hukum-hukumNya.

Apabila kita mengikuti konsep ketuhanan yang diberikan dalam Quran, tidak perlu kita mencari Tuhan di tempat-tempat tertentu ataupun melalui perantaraan-perantaraan sesama manusia lainnya, yang masih hidup apalagi yang telah meninggal. Mereka yang mengambil jalan lain atau mengambil perantara sebagai ‘wasila’ selain hukum-hukumNya atau untuk mencari rahmatNya atau agar lebih dekat kepadaNya adalah telah mengambil jalan yang keliru. Kita harus “melihat”Nya di dalam hati dan pikiran kita serta mendekatiNya melalui hukum-hukumNya. Apabila setiap manusia melakukan hal ini, maka bumi ini akan menjadi layaknya surga yang damai. Karena setiap orang seperti halnya orang lain akan menjadi hamba Tuhan yang menaati hukum-hukumNya (termasuk hukum-hukum alam) yang universal. Hukum-hukum Tuhan bersifat mempersatukan dan menciptakan kedamaian dan keselamatan serta mudah diterapkan, sementara hukum-hukum yang diada-adakan manusia seringkali menyulitkan dan membuat perpecahan sehingga menimbulkan kesusahan, pemborosan dan pertikaian.

No comments: